Sabtu, 12 April 2008

Supersemar yang supersamar


Sejak hilangnya naskah asli supersemar di musium nasional menjelang akhir kekuasaan Suharto, kontroversi seputar keautentikan naskah supersemar itu mencuat di permukaan. Menurut saya, ada yang lebih penting untuk diragukan dan dipelajari dari supersemar itu selain dari teksnya, yakni proses keluarnya Supersemar itu sendiri. Apakah proses keluarnya berasal dari kesadaran dan kehendak ikhlas dari Soekarno ? atau berasal dari pressure atau tekanan dari pihak tertentu yang mendesakkan keluarnya Supersemar itu ? Apakah barang itu dibuat oleh sukarno ? atau dia sudah merupakan barang jadi yang kemudian sukarno tinggal menekennya ? Hal ini penting. Karena kalo kita mau mengungkap sejarah, kita tidak hanya melihat dalam konteks tekstualnya, tapi harus melihat kontekstualnya.

Mungkin karena berawal dengan surat sakti, maka kekuasaan yang di pegangnya pun kemudian dibuat menjadi sakti. Adapun Pancasila sakti yang setiap tahun diperingati kesaktiannya, selalu dijadikan alat justifikasi kesaktian penguasa. Siapa yang berlawanan arah dengan penguasa. berarti mengganggu kesaktian pancasila, sehingga harus dihabiskan dana trilyunan untuk mensosialisasikan, menginternalisasi dan mengkristalisasikan pancasila pada diri anak bangsa. Tapi saya rasa itu adalah perbuatan yang sia-sia yang justru banyak menelan korban, atas nama “kesaktian”.

Di Negara “supersemar” ini segalanya kemudian bisa di samarkan dan bisa di saktikan. Sangat wajar jika hingga saat ini banyak lahir UU atau peraturan yang bersipat karet (interpretable). Biar bunyinya kelihatan demokratis, namun interpretasinya bisa di stel berdasarkan kepentingan siapa yang lagi menyetir dan mendominasi kekuasaan.
Olehnya itu, jangan lagi ada supersemar-supersemar baru yang lahir। Kerena membuat segalanya akan menjadi supersamar, dimana dalam realitasnya masyarakat selalu berada pada posisi kalah di depan hukum.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar