Jumat, 14 Desember 2007

PUISI



JANGAN SAMPAI

Ibu pertiwi bernyanyi
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya
Hari ini, kudengar suara
“ Kami lebih butuh nasi dari pada demokrasi”

Ibu pertiwi bernyanyi
Marilah kita berseru Indonesia bersatu
Hari ini, kudengar pertanyaan
Masih relefan kah Indonesia ?

Ibu pertiwi bernyanyi
Maju tak gentar, membela yang benar
Hari ini kusaksikan para patriot
Maju tak gentar, membela yang bayar

Ada yang lapar di perjuangan demokrasi
Ada yang tak dibayar membela yang benar
Dan ada yang dihianati, masih bertahan di kolong Indonesia
Dipersipangan jalan peradaban
pada jiwa bangsa luluhlantak dan remuk redam
Kita disuguhkan pilihan
nasi atau demokrasi,
bersatu atau cerai
yang benar atau yang bayar,
Ketika terdengar suara gemuruh
berguman “ Mari kita menyelamatkan diri masing-masing”
Maka menanglah nasi, juru bayar dan yang hianat
Untuk itu kuucapkan dua kata
“Jangan sampai”.
(Irdan, Makassar, Desember 2001)



GULA PASIR

Hai Gula Pasir
Begitu tinggi hargamu
Sehingga sulit kujangkau
Tapi begitu kau hinakan kemanusiaan kami
Karena menjelang pesta demokrasi
Engkau telah ditukar dengan idealisme saudara-saudara kami

Hai Gula Pasir
Begitu manis engkau
Sehingga dimana dirimu berada
Disitu semut ada
Tapi kau telah dijadikan alat untuk merusak demokrasi
Dan menghalau reformasi
Oleh samirisme

(Irdan, Langsa Aceh, Desember 2006)

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar