Rabu, 12 Desember 2007

Bantimurung, Riwayatmu Kini





Ketidak seimbangan alam ini terjadi sebagai akibat dari kebijakan dan kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang tidak rasional dan eksploitatif. Begitu banyaknya isi perut dan kulit bumi ini dikeruk secara tidak bijaksana, demi sebuah kata yakni “pendapatan”. yang terkadang tidak terkait dengan upaya perbaikan namun justru merajut efek yang lebih merusak.

Realitas Taman Wisata Bantimurung adalah sebuah contoh taman yang penuh dengan panorama alam dan kaya akan berbagai plasma hidup, saat ini kelestarian alamnya kian mengalami degradasi secara perlahan tapi pasti.


Bantimurung terletak di Kabupaten Maros (Sekitar 41 Kilo Meter dari Kota Makassar Sulawesi Selatan). Sebagai taman wisata, ribuan orang tiap minggunya berkunjung untuk menikmati air terjun, aliran air sungai, keindahan goa, berbagai spesies serangga dan panorama alam lainnya. Bantimurung sering distilahkan sebagai tempat membanting kemurungan, di dalamnya terdapat Goa Mimpi yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik mupun manca negara, membuat taman wisata ini menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Maros yang terbesar.


Kupu-kupu adalah keunikan Bantimurung yang sangat dikenal hingga ke mancanegara. Di tempat inilah tumbuh jutaan spesies Kupu-kupu yang cantik dan berbagai jenis serangga unik lainnya seperti Kumbang. saya masih ingat, pada tahun 1980 ketika pertama kali berkunjung ke tempat itu, tak terbilang jumlah Kupu-kupu cantik dengan berbagai variasi ukuran dan warna beterbangan menghiasi panorama alam. Ia hinggap di dahan-dahan, ranting-ranting dan dedaunan, bahkan terkadang hinggap di atas tubuh kita. Kupu-kupu itu sepertinya dengan tulus menari-nari menyambut kedatangan tamu yang ingin membanting kemurungan di Taman Wisata Bantimurung. Dan Kumbang-kumbang menjadi permata yang membuat suasana menjadi selaras.

Lalu kemanakah perginya Kupu-kupu dan Kumbang itu saat ini ? Entahlah. “Mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang” kata Ebit G Ade. Kupu-kupu Bantimurung mungkin hanya menjadi cerita romantisme masa lalu, ketika sepasang muda-mudi lagi memadu asmara dan disaksikan oleh Kupu-kupu itu. Yang jelas suasana menarik itu saat ini sudah sulit ditemukan lagi. Kupu-kupu itu berangsur menghilang, dan yang tinggal hanyalah sebuah Musium Kupu-kupu yang terletak di kawasan Taman Wisata Bantimurung dengan ribuan koleksi Kupu-kupu yang telah diawetkan, dan puluhan anak-anak menawarkan jualan koleksi serangga yang telah diawetkan dengan Formalin.

Sebagian dari Kupu-kupu itu telah bermigrasi (pergi ke tempat lain) dan sebahagian yang lain telah punah. Mereka menjadi migran karena semakin lama habitatnya semakin hilang. Kemudian mereka jadi punah, karena aktivitas perburuan manusia.


Kepergian Kupu-kupu Bantimurung ini karena habitanya sudah tidak terjaga lagi. Tentunya bukan permasalahan sederhana. Akan tetapi kompleksitas permasalahannya bermula dari kebijakan, perencanaan dan aktivitas pembangunan yang mengabaikan kelestarian habitat tersebut. Realitasnya dapat dilihat dengan dibangunnya berbagai sarana di lokasi taman wisata tanpa diimbangi dengan penghijauan dan pelestarian keragaman hayati. Pembangunan beberapa industri yang jaraknya tidak jauh dari taman wisata Bantimurung, misalnya pabrik semen Bosowa, industri Marmer, dan sebagainya dengan tingkat pencemaran yang tinggi tanpa diimbangi dengan upaya rehabilitasi lingkungan ditambah ketidak jelasan menganai AMDAL-nya, juga telah merusak strutur lingkungan secara sistematis, dan hal ini dilansir oleh beberapa pakar lingkungan mempunyai korelasi positif dengan hilangnya habitat dan perginya Kupu-kupu Bantimurung.

Selain itu residu Pestisida anorganik berspektrum luas yang telah ditebarkan di lahan-lahan pertanian di sekitar taman wisata, juga telah menjadi faktor penyebab tidak langsung punahnya berbagai spesies serangga termasuk Kupu-kupu.
Yang tidak kalah pentingnya untuk disorot adalah aktivitas perburuan serangga seperti Kumbang dan Kupu-kupu oleh masyarakat setempat yang sekedar berorientasi bisnis, telah memberikan kontribusi terhadap semakin hilangnya Kupu-kupu dan serangga langka lainnya. Penulis bahkan pernah menyaksikan di malam hari beberapa penduduk setempat berburu berbagai jenis serangga Kumbang langka lalu menjualnya dengan harga yang mahal ke Jepang, setelah sebelumnya sudah berlangsung transaksi melalui internet. Dan terhadap masyarakat yang berlaku demikian tidak pernah ada tindakan hukum tegas yang diberlakukan.
Jadi problema sebenarnya adalah kebijakan pengelolaan sumberdaya alam yang hanya berorientasi kepada target Pendapatan Asli Daerah (PAD), kemudian investasi lahan yang tidak dibarengi dengan perencanaan investasi yang berwawasan lingkungan, dan kenakalan lingkungan yang tidak tersentuh oleh hukum, serta tidak dilibatkannya masyarakat setempat (stake holders terkait) dalam pengambilan kebijakan, menjadi faktor utama penyebab semakin mengkristalnya eksploitasi lingkungan dan membudayanya pola fikir masyarakat cenderung konsumtif, hanya tergantung pada alam.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apa solusi yang bisa ditawarkan untuk meretas permasalahan tersebut ? Informasi terkini menyebutkan bahwa Taman Wisata Bantimurung saat ini telah menjadi Taman Nasional, dan sementara diikhtiarkan untuk menjadi Taman Warisan Dunia. Ini bermakna bahwa keberadaan Taman Wisata Bantimurung saat ini sementara berda di persimpangan jalan antara perbaikan atau eksploitasi yang kian sempurna.
Eskploitasi alam bisa jadi akan semakin menemukan bentuknya yang sempurna, ketika pengelolaan Taman Nasional ini diwujudkan dalam pola-pola sentralistik yang hanya berorientasi pada peningkatan “pendapatan”, dimana masyarakat dan kearifan lokal direduksi peran-perannya oleh negara sehingga akan semakin membunuh keragaman lingkungan dan kearifan lokal, atau dengan kata lain harus dihindari terjadinya kapitalisasi masyarakat dan lingkungan oleh negara sebagaimana yang terjadi pada beberapa realitas pengelolaan Taman Nasional.

Menurut hemat penulis, momentum status Taman Nasional ini dapat ditangkap sebagai sebuah kesempatan untuk menyusun sebuah keberhasilan pengelolaan lingkungan, dengan suatu syarat bahwa Taman Nasional tidak berarti suatu ”sentralisasi”. Akan tetapi bermakna menggerakkan semua lingkungan global dalam rangka memberdayakan lingkungan dan kearifan masyarakat lokal.

Hendaknya diikhtiarkan sebuah model pengelolaan Taman Nasional yang partisipatif dan sustainable. Atau dengan kata lain “Pengelolaan Bantimurung yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan” selayaknya menjadi kata kunci.. Partisipatif bemakna menggerakkan partisipasi semua pihak terkait, khususnya masyarakat lokal yang merasakan langsung dampak dari keberadaan Taman Nasional. Partisipasi itu bukan berarti hanya sekedar “pelibatan” masyarakat dalam posisi subordinasi yang justru kontra produktif dengan upaya “pemberdayaan”, akan tetapi pelibatan itu hendaknya dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi gerakan dengan perinsip masyarakat dan lingkungan yang utama. “Berkelanjutan” bermakna harus ada perencanaan yang berorientasi kepada peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas lingkungan serta keanekaragaman hayati.
Sudah saatnya masyarakat lokal duduk bersama dengan berbagai pihak terkait melakukan urung rembuk tentang eksistensi Taman Bantimurung, lalu mendesakkan sebuah kebijakan dan aturan yang memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sebagai contoh, masyarakat sekitar dapat dioptimalkan potensinya dalam hal penangkaran tanaman dan Kupu-kupu, yang selain bernilai ekonomis, estetis, juga meningkatkan daya dukung lingkungan, dengan catatan harus ada komitmen dan aturan main yang jelas bahwa hasil dari penangkaran itu sebahagian untuk dijual dan sebahagiannya lagi di lepas (diintrodusir) ke alam ini untuk memulihkan habitat yang hilang itu.

Hanya dengan kearifan-kearifan separti itulah kita dapat mengukir sukses story (kisah sukses) pengelolaan Taman Nasional dalam mengembalikan denyut nadi alam ini sebagai jantung kehidupan untuk generasi kita. (Irdan)

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar