Rabu, 30 Januari 2008

Kaum Muda & Gerakan Penyadaran Masyarakat


Wawancara dengan Yudi Latif

Menjelang Pemilihan Umum 2009, wajah-wajah lama masih mendominasi calon pemimpin nasional. Banyak orang menganggap regenerasi pemimpin nasional lewat partai politik (parpol) atau jalur-jalur lain tidak berjalan. Muncul pertanyaan bagaimana jika kaum muda membaca peran partai politik dalam melahirkan generasi baru pemimpin nasonal di masa depan.

Pengamat politik muda, Yudi Latif memberikan pandangannya kepada reporter The Indonesia Now, Nurseffi mengenai hal tersebut saat menghadiri Diskusi Panel “Jalan Baru Perjuangan Kaum Muda Indonesia di Jakarta Media Center, Senin 7 januari 2008.

Menurut anda faktor apa yang menyebabkan tidak terjadinya regenerasi dalam kepemimpinan nasional?

Tidak munculnya kaum muda dalam kepemimpinan nasional karena dari segi modal intelektual sangat kurang. Tidak seperti generasi Soekarno-Hatta meskipun masih muda tapi mereka relatif menguasai wajah politik dan sangat powerful secara visi. Hal inilah yang membuat mereka diterima sebagai pemimpin meskipun banyak orang tua di belakangnya.

Saat ini kaum muda tumbuh dalam situasi ketika politik itu menjadi padat modal. Ada suatu sistem dimana saat ini standar-standar mutu diabaikan. Karena kekuatan uang. seseorang hanya bisa dicalonkan menjadi pemimpin jika memiliki dukungan kapital sehingga sekarang kaum muda tidak punya kekuatan status sosial untuk mengimbangi kekuatan uang. Atas dasar itu kaum muda jadi tidak independen secara intelektual maupun modal.

Bagaimana anda melihat partai politik di Indonesia selama ini?

Selama ini parpol kita ini kan parpol karbitan karena tidak memiliki sistem pengkaderan dan rekruitmen kepemimpinan yang baik serta belum menjalani fungsinya dengan baik. Akibatnya parpol tidak melahirkan pemimpin dari partainya sendiri dan terpaksa harus mencari figur-figur pemimpin dari luar parpol

Mengapa ini bisa terjadi?

Partai-partai di Indonesia dikuasai oleh broker politik tertentu yang bermain bergantung pada logika alokatif. Maksudnya semuanya tergantung siapa yang mau bayar maka dia yang dipilih. Jadi, orang dipilih bukan karena otoritasnya mampu memimpin dan punya visi yang jelas tapi karena uang yang dimilikinya.

Lalu apa dampak dari logika alokatif ini?

Akibatnya orang-orang dari luar parpol yang mau masuk harus pakai alokatif. Hal inilah yang membuat tidak munculnya figur-figur yang kharismatik. Bahkan figur-figur kharismatik pun tidak satu pun yang lulus dari logika alokatif. Semuanya ada sangkut pautnya dengan pemegang uang yang notabene di belakangnya para konglomerat hitam. Dengan adanya mekanisme seperti ini, tidak mungkin kita melahirkan satu kepimpinan yang fresh.

Bagaimana caranya untuk memunculkan kepemimpinan yang fresh?

Caranya kita harus kampanye besar-besaran lewat penyadaran publik bahwa kita membutuhkan jenis kepemimpinan baru dan cara baru. Dengan cara itu parpol dipaksa untuk mengakomodasikan aspirasi yang tumbuh dari bawah.

Berarti untuk menjadi pemimpin, kaum muda harus masuk parpol?

Tidak semua gerakan anak muda harus masuk parpol. Lagipula parpol itukan punya kepentingan sempit tapi kalau kita punya kepentingan yang lebih besar, jadi ya harus keluar dari box-box itu. Pressure dari gerakan kaum muda itu harus kepada gerakan menyadarkan masyarakat yang pada dasarnya tidak sadar politik. Mereka setiap hari tidak memikirkan siapa pemimpinanya karena yang dipikirkan hanya permasalahan sehari-hari. Untuk mengubah dari bawah sadar menjadi sadar itu tidak enteng. Gerakan muda di berbagai tempat harus memberikan suatu penyadaran publik bahwa perlu sekali mencari figur-figur baru yang lebih fresh yang tidak terjerat dengan kekuatan-kekuatan masa lalu. Setelah itu, baru kita susun skenario.

Apakah dalam pemilu 2009 pemimpin nasional ’baru’ sudah bisa muncul?

Dalam pemilu 2009, kalau presiden tidak bisa. Setidaknya wakil presidennya harus orang baru. Untuk itu, tekanan-tekanan harus diberikan kepada partai-partai politik karena mereka hanya bisa mengakomodasi kalau ada pressure yang sifatnya hegemonik, seolah-olah mencerminkan aspirasi dari bawah.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar